Kamis, 08 Desember 2011

Penyiaran Radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Dalam penyiaran juga dibutuhkan keterampilan dalam Berkomunikasi. Sehingga sekarang banyak orang yang  Tertarik pada Dunia Penyiaran. Dan itu semua tidak lepas dari  Problematika Dunia Penyiaran. Hal itu disebabkan karena kurangnya kita Mengenal Dunia Penyiaran.

Jumat, 11 November 2011

Teknik Siaran Radio

Persiapan On Air :

Apa yang harus dilakukan penyiar agar siarannya “mantap” dan sukses? Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita ketahui sebelum “on air” atau masuk ke ruang siaran:
1. Songs played. Kita harus tahu, jika perlu cek, daftar lagu yang harus, akan, atau siap diputarkan selama siaran. Dalam acara request, kita harus tahu ketersediaan lagu yang diminta pendengar.
2. Artists. Cari informasi terbaru, misalnya show atau album baru, menganai artis atau penyanyi yang lagunya kita putar. Ini penting untuk menambah bobot siaran, informatif!
3. Current Affairs. Kita, penyiar, hendaknya terus mengikuti berita-berita aktual, termasuk event-event dan berita lokal, nasional, bahkan internasional. Wawasan kita harus tetap up to date. Maka, penyiar wajib rajin baca, utamanya koran.
4. Prepare in advance. Jangan sepelekan persiapan dan latihan. You need time to practice what you’re going to say before you go on. Kita perlu waktu untuk melatih apa yang akan kita katakan sebelum siaran, utamanya latihan baca berita –jika siaran berita— atau menyampaikan adlibs (iklan baca).
5. Latihan sebelum mengudara akan menambah rasa percaya diri, selain meminimalkan kesalahan. Jika kita baca langsung berita atau info, tanpa latihan dulu, akan terdengar tidak alamiah, it can often sound unnatural!
6. Bicaralah dengan pendengar seakan-akan ngobrol dengan temain baik dan –jika pendengar lebih tua dari kita— dengan ibu atau kakak kita. Be Polite!

Tips Menjadi REPORTER

Siapa Itu Reporter?
Berdasar arti kata yang berasal dari bahasa asing, “pembuat laporan”.

Fungsi Reporter
Bayangkan musafir, yang mengembara ke mana-mana, kemudian menyampaikan cerita yang menarik hasil pengembaraannya kepada orang lain yang ingin mendengarkan ceritanya.

Apa Saja Yang Harus Diperhatikan?
1. Tanggung jawab (kebenaran, urgensi dan relevansi terhadap situasi)
2. Menulis efisien (pendek, tapi bermutu)
3. Bahasa gambar (tiap naskah, apa gambarnya?)
4. 2 in 1 dengan cameraman
5. Pengetahuan luas

Sudahkah Anda Meningkatkan Pengetahuan?
1. Apakah kemarin membaca buku? Buku apa? Berapa bab atau halaman?
2. Apakah kemarin membaca koran? Berapa koran?
3. Apakah sudah menulis kemarin? Tentang apa dan berapa banyak?
4. Nonton film? Ikut seminar atau ceramah? Dapat input apa?

Modal Lain?
1. Jaringan/ persahabatan
2. Rasa ingin tahu yang besar
3. Perpustakaan sendiri. Why not?
4. Bahasa asing
5. Internet and technology minded
6. Intuisi
7. Berani tampil

Yang Dibutuhkan Industri?
Reporter yang kritis, kreatif dan penuh vitalitas untuk memperoleh berita yang baru dan bermakna bagi banyak orang.
Semoga bermanfaat

\

                                          Haruskah Menjadi Wartawan Untuk Bisa Menulis?
Menjadi wartawan adalah salah satu cara menjadi penulis. Setiap hari wartawan memang dituntut menulis dan tidak sedikit wartawan yang menerbitkan buku. Tapi apakah harus menjadi wartawan untuk bisa menjadi penulis hebat ?. Tidak harus, semua tergantung dari niat dan kemauan untuk belajar. Wartawan memang selangkah lebih dekat untuk menjadi penulis. Wartawan dianggap sebagai gerbang untuk mendapatkan ide tulisan, ini tidak lepas dari kehidupan wartawan yang dekat dengan keseharian masyarakat kelas bawah dan disuatu saat bisa dekat dengan para pejabat pemerintahan.
Banyak penulis yang berlatar belakang wartawan, di Indonesia banyak wartawan senior dan junior yang menerbitkan banyak buku seperti novel, sejarah, puisi dan esai. Mereka adalah Mochtar Lubis (alm) menerbitkan beberapa novel dan esai, Rosihan Anwar (alm) menulis sejarah, Goenawan Mohamad eseis dan penulis puisi, Atmadji Sumarkidjo penulis beberapa buku mengenai dunia kemiliteran, atau  penulis buku “Pak Beye dan Istananya” Wisnu Nugroho, dan masih banyak lagi wartawan yang menerbitkan tulisannya.
Keunggulan wartawan untuk menjadi penulis adalah karena penguasaan dasar  penulisan. Pemahaman dan aplikasi rumus 5w+1H sudah dijadikan menu harian wartawan. Unsur What, Where, When, Who, Why dan How, dalam sebuah tulisan atau laporan dari si wartawan adalah sebuah kewajiban. Bagaimana kita bisa menggambarkan si A masuk ke rumah sakit jika tidak dijelaskan bagaimana dia bisa masuk rumah sakit, dimana rumah sakitnya, apa sebabnya, kapan dan sebagainya. Inilah dasar dari sebuah penulisan sederhana.
Bagi masyarakat umum yang ingin menjadi penulis janganlah berkecil hati. Penerapan rumus 5W+1H adalah rumus penulisan umum yang bisa kita aplikasikan tanpa harus menjadi wartawan. Rumus ini juga hanyalah salah satu cara saja diantara banyak metode menulis. 5W+1H adalah metode untuk mengembangan dan mengaitkan fakta-fakta atau ide yang kita dapat melalui pengalaman pribadi, membaca atau perenungan. Jika tema penulisan kita adalah cerpen soal detektif atau peristiwa yang mencengangkan maka cara 5W+1H akan sangat mengena, karena kita dapat menuntun pembaca dari pembukaan masalah hingga pembongkaran akar masalah, ditutup dengan ending yang mengagetkan pembaca. Tentu rumus ini tidak berlaku jika kita menulis puisi.
Nah, sekarang bagaimana sebuah tulisan bisa memiliki “rasa” yang berbeda sehingga memancing minat orang untuk membaca ?. Seperti masakan, banyak orang yang bisa memasak nasi goreng tapi nasi goreng seperti apa yang disukai ? ini tergantung dari racikan si koki. Penulis juga seperti koki, semua bahan yang ada di kepalanya, yang didapat dari pengalaman pribadi atau membaca, diramu menjadi satu tulisan. Persoalannya adalah saat ide menumpuk di kepala, kita sering dihadapkan cara menuangkannya dalam tulisan. Cara mengatasinya cuma satu, tulis saja apa yang dipikiran kita, panjang atau pendek tidak jadi soal.
Mencoba dan terus mencoba menulis adalah cara untuk menjadi penulis. Membaca teori mengenai teknik menulis tidak akan berarti jika tidak kita praktekan. Seperti analogi koki yang saya tulis diatas, cara untuk menjadi koki ulung adalah terus memasak dan mencoba beragam jenis campuran, gosong, terlalu asin, atau hambar adalah hal biasa. Begitu juga dengan menulis. Pada mulanya tulisan yang kita buat sangat sederhana, tapi seiring dengan bertambahnya jam terbang menulis, maka tulisan yang kita buat akan semakin tajam dan berisi.
Tidak ada salahnya juga kita meminta teman-teman kita untuk membaca dan memberi masukan soal tulisan yang kita buat. Biasanya akan sulit bagi si penulis untuk menilai tulisannya sendiri. Masukan dari teman atau anggota keluarga terdekat kita adalah masukan awal dari para calon pembaca kita. Ini juga menjadi cara awal kita untuk membuat tulisan kita memiliki gaya dan “rasa” yang berbeda dibanding para penulis lainnya. Cara dan gaya menulis setiap orang pasti berbeda, kita boleh mengidolakan seorang penulis tapi jadilah diri sendiri, buatlah gaya tulisan anda sendiri.
Mempublikasikan tulisan kita agar dibaca oleh masyarakat adalah persoalan yang dianggap menyulitkan oleh para penulis pemula. Tidak jarang banyak penulis pemula yang putus asa karena cerpen, puisi atau esai ditolak oleh media atau percetakan karena dianggap tidak berbobot.  Buku tulisan JK Rowling, Harry Potter and Sorcerer’s Stone, belasan kali ditolak penerbit. Buku John Grisham, A Time to Kill, 16 kali ditolak penerbit. Pada mulanya kedua penulis tersebut sama sekali tidak dikenal oleh publik dan penerbit, tapi karena kegigihan untuk terus berupaya menawarkan tulisannya dan akhirnya bisa diterbitkan. Apakah mereka hanya beruntung ? bisa jadi ya mereka beruntung, buku JK Rowling bisa diterbitkan karena anak pemilik percetakan memohon kepada ayahnya direktur percetakan untuk menerima dan menerbitkan buku Rowling.
Keberuntungan saja tidak akan cukup mempopulerkan buku Harry Potter jika tidak diikuti dengan kualitas tulisan yang baik. Bagaimana Rowling bisa membuat tulisan yang baik, kuncinya adalah menulis dan menulis. Rowling adalah ibu rumah tangga biasa yang memiliki ide untuk menulis kisah Harry Potter pada tahun 1990, buku pertamanya baru terbit pada tahun 1997. Rowling menulis setiap ada kesempatan, jika ada waktu meski hanya sepuluh menit maka dia akan menuliskan ceritanya.
Saat ini, banyak cara bagi para penulis untuk mempublikasikan tulisannya. Buku “Pak Beye dan Istananya” karya Wisnu Nugroho adalah buku yang diambil dari blog milik penulis. Wisnu menulis pengalamannya saat meliput di istana di blognya pribadi. Atau buku The Naked Traveller karya Trinity adalah contoh lain sebuah buku yang terbit karena catatan harian perjalanan seorang pelancong yang ditulis di blog pribadinya. Blog adalah salah satu cara untuk mempublikasikan karya kita sekaligus menjadi tempat kumpulan tulisan kita. Memiliki blog adalah salah satu cara untuk penulis pemula. Didalam kita dapat belajar menulis, coba-coba membuat beragam catatan kisah perjalanan atau pengalaman yang kita lewati. Menulis hal-hal sederhana dari sebuah daerah bisa jadi dipandang unik oleh warga dari daerah lain. Membahas buku atau film, melaporkan sebuah kejadian besar, dan lain sebagainya.
Tidak ada istilah terlambat untuk menjadi penulis. Banyak penulis terkenal yang mempublikasikan buku terkenalnya saat usia mereka tidak lagi muda. Daniel Defoe menerbitkan buku berjudul Robinson Crusoe saat usianya akan mencapai 60 tahun, Mark Twain berusia 49 tahun saat menerbitkan bukunya yang berjudul Huckleberry Finn. Masih banyak lagi penulis lain yang menghasilkan karya terkenal disaat mereka sudah melewati usia muda. Kapan waktu yang tepat menulis ?, jawabnya adalah … sekarang.

Contoh Naskah Iklan Radio


NASKAH IKLAN RADIO – SUNLIGHT
  1. MUSIK: LAGU TARI PADANG (FADE IN – UNDER)
  2. PRIA: Ciek duo tigo angkek piriang putar atas angkek piriang putar bawah putar kiriputar kanan…
  3. SFX: PIRING JATUH DAN PECAH
  4. MUSIK: LAGU TARI PADANG (FADE OUT)
  5. WANITA: (MENJERIT) Aaaaaaa…
  6. PRIA: Onde mande kenapa licin benar piring kalian?
  7. WANITA: Padahal habis makan langsuang kami cuci uda…
  8. PRIA: Aaa.. Barangkali sisa lemaknya tidak bersih, ayo cuci lagi dengan sunlight cair, supaya kesat, bersih dan tidak bau amis.
  9. WANITA: Yok ayo ayo (Mengajak teman-temannya)
  10. NARATOR: Sunlight cair bersih bersinar bebas lemak
  11. PRIA: Ayo adiek-adiek…
  12. SFX: TEPUK TANGAN
  13. PRIA: Kito menari lagi, piriangnya sudah siap!
  14. MUSIK: LAGU TARI PADANG (FADE IN – UNDER)
  15. PRIA: Ciek duo tigo…
  16. JINGLE TAGLINE SUNLIGHT: Bersih bersinar sunlight
  17. SFX: BUNYI KESAT DI PIRING

TIPS MENJADI PENYIAR YANG HANDAL

1. Jangan berhenti meningkatkan pengetahuan umum
Meningkatkan pengetahuan umum bisa dilakukan dengan membaca dan melihat, mulai dari buku, film, internet, dan apapun yang ada disekitar kita. Harus diingat, bahwa di mata pendengar, penyiar radio tahu segalanya.
2. Tidak ketinggalan infromasi dan berita
Seorang penyiar radio harus selalu update dengan apa yang saat ini terjadi. Cari dari segala macam sumber informasi dan berita. Apapun yang aktual, yang sedang ramai dibicarakan, yang terjadi, yang sedang jadi trend…apapun…!
3. Memiliki pergaulan yang luas
Dengan pergaulan yang luas, akan makin banyak yang kita serap dan makin banyak hal yang bisa kita pelajari. Perbanyak teman, perluas jaringan baik dari kalangan narasumber, target audience dan siapapun.
4. Memahami apa yang disuka dan tidak disuka oleh pendengar
Jika dianalogikan dalam dunia bisnis, penyiar adalah produsen dan pendengar adalah konsumen. Sedangkan produk yang ditawarkan adalah ‘air personality’ penyiar dan ‘show’ yang dibawakan penyiar dalam siaran. Agar ‘laku’ kita harus mengetahui apa yang disuka oleh pendengar. Untuk itu lakukan survey dan amati apa yang saat ini sedang disuka oleh pendengar. Penyiar harus ‘customer oriented’!
5. Mengenal industri radio secara umum
Know what you do. Bagaimana kita bisa berharap mendapatkan hasil yang maksimal, jika kita tidak memahami apa yang kita kerjakan. Semakin kita mengenal industri tempat kita berkarya, kita akan semakin memahami celah dan peluang untuk maju. Caranya mudah, banyak bertanya, banyak belajar.
Selain itu penyiar yang baik juga harus bisa siaran dengan gaya siaran yang menjadi ciri khas radio kita dan mengenal karakter target pendengarnya, serta harus patuh dan menjalankan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh management.